Aku Ingin Menjadi Penulis

Proses hidup memberikan banyak hal, luka, cerita,dan cinta.  Banyak hal yang ingin ku sampaikan pada dunia, tentang aku!! . Jarangnya berkomunikasi dengan teman meski hanya bertutur sapa membuatku sulit beradaptasi dengan orang asing, menyukai kesendirian dan buku kusut yang selalu ku bawa kemana-mana, buku harian. 
Aku pernah bertanya pada langit? Buliran itu jatuh membasahi pipi.  Apakah aku tak pantas mempunyai sahabat? Apakah aku tak pantas untuk sekedar berharga? Sayangnya pertanyaan itu tak mampu terjawab dengan benar. Sejak sekolah dasar, aku tak punya banyak teman bahkan hanya kesalahpahaman terjadilah kekerasan antar teman. Usai kejadian itu,  setiap hari aku takut pergi ke sekolah, bertanya, bahkan ngobrol dengan teman sebangku.  
Aku menjadi sosok pendiam, tidak mudah bergaul, dan aku lebih asik pergi ke perpustakaan dan membaca buku cerita " Kecap Kecipir Buatan Nenek, dan Cerita Tanaman" adalah buku favoritku. Memiliki dunia baru membuatku selalu bermimpi menjadi seorang Penulis. 
Jika aku tidak secantik mereka. Jika aku tidak sehebat mereka. Dan jika aku bukan siapa-siapa? Maka izinkan langkahku membuat banyak insan Tuhan tersenyum dengan kehadiranku meski bukan dengan rupa dan otakku tapi dengan rangkaian kata yang membuat takjub dunia. Memberi harapan pada mereka yang bernasib sama sepertiku. Hanya itu inginku.. Menjadi sebaik-baiknya manusia yang bermanfaat untuk orang lain. 
Menjadi manusia asing itu rasanya menyakitkan? Menjadi bisu di depan orang lain itu juga sangat menyedihkan. Cukup aku saja yang mengalami. Cukup aku saja yang merasakan betapa perih, sakit, dan terluka. 

Kelamnya dunia, membuatku menyerah, patah semangat, dan hilang arah. 

" Dasar jelek.. Mirip monyet lho" Tukas Teman lelakiku, Faiz. 

" Udah nggak pinter, jelek, hitam, kucel, idup lagi" ucap segerombolan geng Faiz. 

Hari-hari itu menjadikan detik berhenti cukup lama, kehidupan seolah memanjang dengan sendirinya. 8 Tahun yang lalu, luka itu datang membawa harapan. Aku bisa apa? Aku bukan siapa-siapa yang sanggup membela diri, cukup diam dan bungkam. 
Airmata menjadi makanan keseharianku,rasa percaya diriku hilang di renggut olehnya. Aku ingin mati sekarang!!!jerit hatiku histeris. 

Kebumen, 1 Juni 2020

11.04 WIB


Komentar

  1. Balasan
    1. Ya kak.. Ternyata kehidupan banyak memberikan kita pelajaran dan pengajaran

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer