Dedikasi Untuk Negeri


Karya: Ratna

 Saleh secara ritual saja belum cukup untuk bertumbuh menjadi manusia yang utuh. Bumbu pelengkap juga sangat diperlukan guna memberi keseimbangan dalam menjalankan kebaikan. Tidak hanya lisan tetapi perbuatan juga menuntun menjadi pribadi yang lebih baik dan penuh kebermanfaatan. Ilmu bukan saja menjadi alat untuk menyalakan obor diri sendiri melainkan menebarkan cahaya kepada sesama. Semakin padi menguning, semakin merunduk bukan? Begitu pula manusia. 


Ilmu yang baik itu tidak dinilai dari besar kecilnya ilmu yang didapatkan namun kebermanfaaatan dari ilmu yang telah diterima. Saleh sosial juga sangat penting. Memberikan kebaikan, menebar kepedulian, dan melatih melunakkan hati manusia  yang kian mengeras.


Tepat tahun 2019, saya menemukan kebahagiaan dengan penuh ketenangan. Yayasan Riyadus Sholihin memberikan ruang saya untuk banyak belajar. Sejak saya semester 3 di bangku perkuliahan, Allah memberikan saya pelajaran setiap hari Minggu, yakni Ngaji Kehidupan. Yayasan Riyadus Sholihin adalah sebuah rumah mengaji untuk anak-anak yatim piatu di Kota Semarang. 


Kegiatan ini menjadi rutinitas akhir pekan yang membawa saya kepada sang senyuman. Bertemu dengan anak-anak yang memberikan keteduhan meski tanpa ayah atau ibu. Berkawan dengan semangat yang setia menjadi penghibur para pemilik luka. Hafalan Asmaul Husna, do’a-do’a pendek, kisah-kisah sejarah Islam menjadi rangkaian yang tak pernah kosong. Anak-anak cenderung cepat bosan dalam melakukan suatu kegiatan. Metode ini dilakukan agar sang anak bisa belajar mengaji bisa sembari tertawa, bermain, dan mempelajari ilmu yang baru. 


Semua manusia berhak untuk terus bertumbuh. Meski terkadang keberuntungan tidak berpihak. Kita sebagai manusia yang diberikan rizki jauh lebih berlimpah sudah selayaknya merangkul dan mengulurkan tangan untuk mewujudkan impian kecil mereka. Jangan hanya melihat ke atas dan ke bawah tetapi lihatlah sebelah kanan dan kiri kita.

Saya melihat harapan-harapan yang sayapnya kini mengepak jauh lebih kuat, sehat, dan binar mata kegembiraan terpancar indah di mata anak-anak yayasan. Rumah kehidupan mereka kini sudah semakin membaik. Bukan tembok berlapis  marmer tetapi lantunan kalam Tuhan yang semakin fasih lagi tartil. Anak-anak dari hari ke hari mulai mengenal huruf hijaiyah, surat-surat pendek. Berawal dari mengeja, lambat laun bisa membaca Al-Qur'an dengan lancar. 

Hal ini bukan perkara mudah tetapi kami para relawan tidak pernah menyerah. Metode dari duduk, diam, dan mendengarkan belum cukup. Setiap individu mempunyai karakter masing-masing. Penurut, aktif, dan hiperaktif semua memberikan suasana yang berwarna. Kami membuat metode membaca dan bercerita. Siapa yang mau membaca Al-Qur'an, para relawan akan memberikan hadiah berupa sebuah cerita. 

Saya belajar tentang rasa syukur karena masih diberikan nikmat melihat senyum kedua orang tua. Belajar tentang arti sabar yang pada hakikatnya tiada batasnya. Dan belajar tentang peka terhadap isu sosial. 

Memberi tidak harus menunggu kaya dan peduli tidak hanya kepada keluarga, sahabat, tetapi juga sesama. Belajar tidak hanya didapatkan dibangku sekolah, belajar tidak hanya diperuntukkan untuk yang membutuhkan. Namun, belajar ditujukan untuk mereka yang mau membuka mata, telinga, dan hatinya. 

Ngaji ilmu agama itu penting. Tidak kalah baiknya mengamalkannya dengan ngaji kehidupan. Bermartabat itu perlu, tetapi jauh lebih dibutuhkan dengan memberikan manfaat kepada sesama. Saling peduli, merangkul sama saja memberikan ruang yang lebih lebar untuk bertumbuh. Kita perlahan juga akan menjadi manusia yang utuh. Suatu saat akan menjadi manusia yang saling menghargai dan berempati. Saling terhubung untuk berkolaborasi mencetak generasi emas negeri yang berprestasi dan berbudi pekerti. 


Komentar

Postingan Populer